Judul: Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis)
Penulis: Andi Muawiyah Ramly
Kategori: Filsafat
Penerbit: Pustaka Sastra LKis Yogyakarta
Cetakan: Keempat, Agustus 2004
Ukuran: 12 x 18,5 cm
Tebal: xvi + 196 halaman
Kondisi: Baik (Bekas Perpustakaan)
Harga: Rp. 41.000 (belum ongkir)
Order: SMS 083862205877
Pada hakekatnya yang membuat manusia menjadi homo humanis adalah kerja. Dengan bekerja manusia mencapai kenyataan sepenuh-penuhnya dan dalam aktivitas bekerja pula manusia mengadakan diri tidak seperti dalam keadaan kesadaran ecara intelektual, melainkan secara berkarya nyata, sehingga ia memandang dirinya sendiri dalam dunia yang diciptakan sendiri.
Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis bertitik tolak dari materi yang satu-satunya
kenyataan. Karl marx mengartikan dialektika materialisme sebagai
keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus tanpa ada yang
mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses
pertentangan, dan hal ini ada pertentangan antara segi-segi yang
berlawanan dan gagasan bahwa segala sesuatu barkembang terus.
Dialektika materialisme pada perkembangannya merupakan jawaban persoalan
filsafat dizamannya. Rumusan Hegel tentang kenyataan misalnya
merumuskan bahwa apa yang nyata dapat dipikirkan dan apa yang dapat
dipikirkan adalah nyata. Tetapi, Feurbach yang mendasari filsafat
materialisme marx tidak setuju dengan rumusan dialektik Hegel, karena
kalau dikatakan pikiran merupakan tesis sedangkan penampakan kenyataan
(antitesis) pada akhirnya juga berada dalam pikiran, hal demikian tidak
menjawab esensi persoalan. Sebab itu, Feurbach mengembalikan kenyataan
pada materi.
Akan tetapi menurut Marx, Hegel tidak dapat membebaskan dari alienasi
dengan gambaran bahwa kenyataan materil merupakan cermin dari pikiran
seperti juga Feurbach tidak bebas dari alienasi dengan gambaran bahwa
kenyataan materil merupakan cermin kenyataan, namun materialisme tak
praktis bertolak dari posisi ini, Marx menyebutkan dalam tesisnya ke-x
bahwa “pendirian materialisme lama adalah masyarakat sipil atau
masyarakat borjuis sedang materialisme baru seperti yang diusulkan Marx
adalah masyarakat yang disosialkan”. Tetapi dalam tesis ke-xi menyatakan
bahwa “ia tidak mau berspekulasi secara teoritis seperti yang ia
lontarkan pada filosof-filosof sebelumnya, marx juga tidak menghendaki
sejumlah teori baru yang tidak bertali marga dengan kondisi zamannya”.
Arah filsafat macam ini adalah praksis social revolusioner sebuah arus
loncatan dari dialektika ideal (Hegel) dengan materialisme verbalis
(Feurbach) menuju dialektika materialis.
Manusia dan Alam
Karakteristik pembicaraan Marx tentang manusia didapatkan dalam rumusan
bahwa manusia adalah mahluk yang konkrit. Manusia tidak akan pernah
mampu untuk menyatakan kehadirannya diluar alam, bahkan manusia bukanlah
roh yang terjun kedalam dunia materi seperti yang terdapat dalam
dialektika Hegel. Manusia merupakan bagian integral dari alam dan
materi, dengan kata lain manusia tergantung dari alam sekaligus
mempunyai sikap aktif terhadap alam. Dari alamlah manusia memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya melalui praksis kerja, karenanya corak
manusia dalam wawasan ini diacukkan kearah humanisme proletar yaitu
kemanusiaan rakyat murba. Karena pada hakikatnya yang membuat manusia
menjadi homo humanus adalah kerja.
Bagi Marx, alam hendaknya dipandang sebagai suatu proses yang dinamis,
rumusan ini berangkat dari penolakannya terhadap materialisme lama yang
menjadikan mesin sebagai ukuran untuk menerangkan alam, manusia dan
binatang. Marx mengakui keberhasilan materialisme mekanistis Feurbach,
akan tetapi Feurbach tidak cukup tuntas mendalaminya sehingga
menggantikan manusia konkrit dengan suatu wujud khayalan dan abstrak,
yaitu manusia sebagai suatu mahluk generic.. Berdasarkan alasan itu,
Marx melihat manusia dan alam dari sudut pandang materialisme dialektis,
bahwa seluruh kenyataan berkembang secara kualitatif dalam
loncatan-loncatan yang menuju kepada perspektif realitas baru.
Materialisme Historis
Dalam materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat
dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada
hakikatnya adalah insan bersejarah. Dan penafsiran sejarah sebelum Marx
beragam macamnya baik itu secara fatalistic, social, politis, ide dan
gagasan. Hal itu terjadi tidak lain karena ada penafsiran yang berbeda
terhadap realitas sejarah yang terjadi.
Berbeda dengan Marx, dengan materialisme historisnya bertumpu pada dalil
bahwa produksi dan distribusi barang serta jasa merupakan dasar unutk
membantu manusa untuk mengembangkan eksistensinya. Dengan kata lain,
penafsiran sejarah dari aspek ekonomi menempatkan pertukaran barang dan
jasa sebagai syarat untuk menata segenap lembaga social yang ada. Karena
itu Marx membagi tahap perkembangan sejarah kemanusiaan menjadi lima
yaitu: pertama masyarakat komunal primitive, kedua masyarakat
perbudakan, ketiga mayarakat feodal, keempat mayarakat kapitalis, kelima
masyarakat sosialis. Dari lima tahap tersebut ada dua faktor kunci yang
mendasari proses didalamnya. Pertama kekuatan-kekuatan produksi, kedua
hubungan-hubungan produksi.
Pertentangan kelas dan Nilai Lebih
Menurut Marx riwayat dari dari setiap masyarakat adalah sejarah
pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang berlangsung sejak dahulu
hingga kini mengarah pada pertentangan kaya (borjuis) dan pertentangan
buruh (proletar). Konsep kelas dan pertentangan kelas ini muncul karena
perkembangan pembagian kerja secara social, yaitu munculnya hak milik
pribadi atas alat-alat produksi.
Kemudian Marx merumuskan formulasi teoritisnya dalam tiga hukum gerakan
ekonomi: pertama hukum akumulasi modal kedua hukum konsentrasi modal
ketiga hukum bertambahnya kemelaratan. Ternyata dari tafsiran tersebut
diperoleh solusi bahwa masyarakat dalam kritiknya senantiasa
mengedepankan faktor manusia dan hubungan manusia yang terlibat di dalam
mekanisme produksi, karenanya dalam analisis ekonominya, ketika
membahas soal produksi, upah kerja, nilai barang dan pasar sebenarnya
yang menjadi inti perhatian Marx adalah hubungan kemanusiaan yang
mendasari dan menjalin proses itu.
Revolusi Dalam Perspektif Sosialisme
Revolusi yang dilukiskan oleh Karl Marx dapat dijabarkan dalam dua
tahap. Pertama, revolusi-revolusi yang yang dipelopori golongan feodal
kedua revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam upaya meruntuhkan
kelas borjuis.
Dalam buku ini telah dijelaskan beberapa teori yang melatar belakangi
lahirnya pola pemikiran materialisme dialektis dan materialisme historis
dari Karl Marx yang dapat dijadikan acuan dasar bagi para pemula dalam
memahami filsafat materialisme, serta pengantar untuk memahami pemikiran
Karl Marx yang lebih luas agar kita dalam memahami pola pemikirannya
tidak parsial karena Marx sendiri pernah berkata "aku Bukanlah Seorang
Marxis".
0 komentar:
Posting Komentar