Judul: Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Penyusun: KH. Bahaudin Mudhary
Kategori: Dialog Lintas Agama
Penerbit:Pustaka Da'i
Cetakan: Kelima, Juli 1994
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 125 halaman
Kondisi: Cukup (jilidan terisolasi, halaman banyak yang lusuh, halaman yang berisi foto-foto ada yang robek)
Harga: Rp. 50.000 (belum ongkir)
Order: SMS 083862205877
MUKADDIMAH
DIALOG MASALAH KETUHANAN YESUS
Oleh : KH. BAHAUDIN MUDHARY
Kehidupan Beragama adalah hak bagi setiap manusia yang merupakan wujud
dari kesadaran dirinya sebagai hamba sang Pencipta. Tidak seorangpun
boleh memaksa orang lain untuk memeluk atau keluar dari suatu agama.
Sungguh amat naif jika seseorang melakukan sesuatu peribadatan tanpa
keyakinan, disebabkan keterpaksaan psikologis, moral maupun material.
Didunia ini terdapat berbagai kepercayaan dan agama yang masing-masing
mengklaim dirinya sebagai agama yang paling benar, sedangkan yang lain
adalah sesat. Diantaranya adalah Agama Kristen yang memiliki pemeluk
terbesar di dunia. Dengan figur Yesus sebagai Tuhan dan Penebus Dosa,
Kristen setiap saat menyapa manusia untuk menerima doktrin dan
ajarannya. Tetapi, setiap ia berbenturan dengan keyakinan lain, terutama
dengan Islam, Yesus selalu dipertanyakan: "Dia manusia ataukah tuhan?"
Di saat Kristen bertemu dengan seorang muslim bernama K.H. Bahaudin
Mudhary, ia ditanya keabsahan doktrin ketuhanannya sekaligus Al
Kitabnya. Hanya dengan berdasarkan ayat-ayat kitab suci kristen sendiri,
Bahaudin Mudhary mengungkap kerancuan dogma ketuhanan Yesus sebagaimana
yang disampaikan dalam dialog dengan seorang misionaris Kristen bernama
Antonius Widuri.
Buku yang sudah dicetak berulangkali dan juga diterbitkan di Inggris
oleh Cambridge University Press ini adalah hasil dialog tersebut, yang
sudah menjadi kitab rujukan dalam kajian ilmiah.
KATA PENGANTAR
Buku Dialog Masalah Ketuhanan Yesus ini telah mengalami cetak ulang
beberapa kali, bahkan sudah beredar di negara-negara Timur Tengah dalam
edisi Bahasa Arab, dicetak di Inggris oleh University Press Cambridge,
dan memang luar biasa peminatnya.
Karena itu, Untuk cetakan kelima kali ini sengaja kami menjalin
kerjasama dengan Penerbit Pustaka Da'i yang sudah lama menerbitkan
beberapa buah pena almarhum K.H. Bahaudin Mudhady.
Tentu saja isinya persis seperti cetakan pertama Tahun 1971, meski
dengan bentuk dan perwajahan yang tampil beda. Dan pertama Tahun 1971,
meski dengan bentuk dan perwajahan yang tampil beda. Dan juga adanya
tambahan, sebuah surprise yang datangnya dari teman sejawat ayahanda
Almarhum yaitu Bapak KH. Abdullah Wasi'an yang berkenan memberikan
sambutan untuk cetakan kelima ini. Insya Allah, ada makna dan
maslahahnya bagi segenap pengagum buah pikir Alm. Kyai Bahaudin Mudhary,
terutama bagi kami seluruh keluarga Almarhum dan Yayasan Pesantren
Sumenep.
Malam Ke 1 : Asal Mula terjadinya Pertemuan
Pada malam Selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang Santri (Pelajar)
dari Pesantren Sumenep (Sdr. Marzuki mengadakan sekedar selamatan tahun
baru Islam (1 Muharram tahun Hijriah) yang dihadiri oleh beberapa santri
lainnya. Beberapa saat kemudian datang dua orang saudara bernama Markam
dan Antonius Widuri (keduanya adalah tim Akuntan) yang sementara oleh
Kantor Akuntan Jakarta ditugaskan di P.N.Garam di Kalianget. Saudara
Markam berasal dari Padang beragama Islam, dan saudara Antonius Widuri
berasal dari Yogyakarta beragama Kristen sejak kecil dan memang dari
keluarga Kristen Katolik Roma.
Kedatangan saudara Markam dan Antonius Widuri pada selamatan tersebut
ingin menemui Kyai Bahaudin Mudhary yang memang sudah dikenal
sebelumnya. Oleh kawan-kawan, terutama oleh saudara Marzuki selaku tuan
rumah kedatangan dua saudara ini disambut dengan ramah dan rasa gembira.
Kemudian saudara Markam menerangkan kedatangannya dari Kalianget ke
Sumenep menyertai saudara Antonius Widuri, sengaja untuk menemui Kyai
Bahaudin Mudhary, berhubung dengan keinginannya yang sudah lama
terkandung untuk membandingkan tentang masalah Ketuhanan dalam Agama
Kristen dan Islam. Juga soal yang berhubungan dengan i'tikad,
kepercayaan diantara kedua agama tersebut.
Menurut saudara Markam, karena Bapak Kyai sedang berada disini, kalau
bisa dilain waktu untuk menemui beliau, diberi waktu cukup. Akan tetapi
sekiranya bapak Kyai dan Tuan Rumah serta saudara-saudara di sini tidak
keberatan, minta supaya diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya,
agar saudara-saudara tidak salah faham, karena hal tersebut, hanya dari
hati ke hati saja, yakni hanya soal keyakinan pribadi semata-mata.
Kawan-kawan tidak keberatan asalkan berkisar dalam soal agama saja, dan
tidak ada kata-kata singgungan terhadap siapapun. Jadi hanya merupakan
soal jawab antara pribadi dengan pribadi saja.
Bapak Kyai Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antar pribadi ini
tidak selesai malam ini juga, apakah akan dilanjutkan pada malam yang
lain. Oleh saudara Markam dan saudara Antonius dijawab, bahwa yang
penting adalah kepuasan, walaupun memerlukan waktu lama baik siang
maupun malam. Kalau begitu menurut Kyai Bahaudin Mudhary, kita dapat
menamakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama. Dengan catatan
pertemuan pribadi semata-mata bukan pertemuan dengan undangan.
Perlu diterangkan dalam soal-jawab ini nama-namanya disingkatkan
Huruf: "A" singkatan untuk Bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan huruf "B"
singkatan dari Antonius atau saudara Markam. Karena Saudara Markam
sering ikut menjelaskan keterangan saudara Antonius.
PERSETUJUAN BERSAMA
A: Sebelum diadakan pertemuan, saya pandang perlu menentukan sesuatu yang di rasa penting yang patut kita atur terlebih dulu.
B: Hal itu kita serahkan saja kepada bapak Kyai bagaimana baiknya pertemuan kita nanti.
A: Apakah tidak sebaiknya pertemuan kita ini dicatat saja dan bila
dirasa perlu kita gunakan tape recorder untuk dijadikan kenang-kenangan.
B: Baiklah, kita setuju pendapat Bapak Kyai.
A: Kalau begitu saya akan minta bantuan kepada seorang saudara untuk
mencatat pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah saudara tidak
keberatan hasil pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu untuk
diketahui umum juga, sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan)
B: Buat saya tidak keberatan, asal membawa manfaaat untuk umum.
A: Jadi saudara setuju
B: Ya, sangat setuju.
A: Terima kasih, sekarang saya ingin menanyakan, maksud saudara menemui
saya. Dan tadi saudara menyebut tentang agama Kristen dan Islam.
B: Begini Pak Kyai, secara terus terang dengan hati ikhlas saya
sampaikan bahwa saya adalah seorang yang beragama Kristen Katolik.
Seringkali juga membaca buku-buku agama Islam, dan majalah-majalah
Islam, terutama majalah Kiblat yang terbit di Jakarta. Dengan membaca
buku-buku dan majalah-majalah tersebut, lalu timbul keinginan saya untuk
mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi keinginan itu selalu
saya sembunyikan saja.
A: Dimanakah saudara mendapat buku-buku Islam dan Majalah Kiblat.
B: Secara tidak disengaja, saya sering menemukan di meja kawan.
Mula-mula saya tidak menghiraukan, karena buku dan majalah tersebut
berkelainan dengan keyakinan saya. Pada suatu malam saya tidak bisa
tidur, padahal saya ingin beristirahat, lalu saya mondar-mandir di kamar
tidur, keluar masuk kamar, lalu saya lihat majalah Kiblat di atas meja,
mungkin kepunyaan kawan yang ketinggalan waktu bertamu ketempat saya
secara tidak sengaja, saya ambil majalah tersebut, tanpa kesadaran saya
bawa ketempat tidur, lalu saya buka-buka lembaran, mungkin ada bacaan
atau cerita-cerita yang dapat mendorong saya supaya tidur. Kemudian pada
suatu halaman, saya menjadi terkejut melihat suatu artikel tentang
kristen, tanpa pikir saya membaca. Mula-mula hati saya selaku orang
kristen merasa tersinggung, akan tetapi seolah-olah ada daya tarik yang
memerintahkan saya supaya terus membacanya, pada saat itulah secara
tiba-tiba muncul dorongan hati saya untuk berpikir dan meneliti
kebenaran keyakinan saya. Entah karena apa saya lantas ingin membaca
buku-buku Islam dan Majalah-majalah Islam. Malah sering saya cari-cari
pinjaman majalah Kiblat pada kawan-kawan yang berlangganan. Makin lama,
bertambah timbul dorongan hati saya untuk meneliti ajaran Islam dan
Kristen, dan ingin membandingkan tentang ketuhanan antara dua agama
tersebut. Secara diam-diam saya terus membaca buku Islam disamping
membaca kitab Injil yang menjadi keharusan saya selaku pemeluk agama
Kristen.
A: Apakah saudara telah mempelajari kitab Injil Cukup Mendalam
B: Menurut perasaan saya, Kitab Injil itu telah saya pelajari dan saya
anggap cukup mendalam. Ini hanya menurut ukuran kemampuan yang ada pada
saya saja. Entah lagi dalam penilaian orang lain.
A: Kemudian Bagaimana Kelanjutan keinginan saudara.
B: Setelah saya meneliti buku-buku Islam dan Kristen yang saya temui,
maka dorongan hati saya untuk melepaskan keinginan saya tak dapat saya
tahan. Lalu saya mulai tanya-tanya tentang agama Islam pada beberapa
orang yang saya temui, tetapi keterangannya itu belum ada yang memuaskan
hati saya.
A: Kepada siapa saja saudara bertanya tentang ajaran Islam.
B: Kepada siapa saja yang saya temui, disamping pembicaraan yang lain.
Jadi saya bertanya-tanya merupakan selingan-selingan saja dari pada yang menjadi pokok pembicaraan. Jadi tidak secara langsung.
A: Setelah itu adakah suatu pengaruh pada saudara
B: Ya, anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi ke gereja, mungkin inilah pengaruhnya.
A: Kemudian bagaimana
B: Oleh Karena saya tidak merasa puas dari orang-orang yang memberikan
keterangan tentang Islam, lalu saya bicarakan kepada saudara Markam.
Oleh saudara Markam saya diajak kerumah Bapak Kyai Baha. Maka saya
perlukan datang kemari diantar oleh saudara Markam.
A: Mungkin saudara belum mendalam mempelajari kitab Injil. Apakah tidak
sebaiknya saudara meneliti kembali ajaran-ajaran agama Kristen sebelum
diadakan pertemuan.
B: Kalau begitu apakah orang yang bukan pemeluk Islam tidak dibolehkan mempelajari agama Islam
A: Bukan begitu, maksud saya ialah bahwa agama Islam itu bersikap
toleransi terhadap semua agama dan pemeluknya. Walaupun ajaran Islam
tidak dibolehkan memaksa siapapaun untuk memeluk agama Islam.
Pemeluk-pemeluk Islam hanya diharuskan melakukan da'wah terhadap
siapapun yang sudi menerimanya.
B: Akan tetapi, sayapun memeluk agama Kristen bukan karena ikut-ikut.
Pendirian saya setiap orang bebas memilih agama menurut keyakinannya dan
berpindah agama menurut keyakinannya pula, yang tentu sebelumnya
didahului oleh penelitian dan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam
sesuai dengan kemampuannya, baik dengan perantaraan buku-buku,
Kitab-kitab, maupun dengan soal jawab (diskusi) atau lainnya.
A: Betul, akan tetapi asalkan dengan cara yang wajar, sehingga tidak
menimbulkan salah penafsiran antara pemeluk suatu agama dan penganut
agama yang lain.
B: Itulah yang saya maksudkan agar kedatangan saya kepada Bapak Kyai
tidak sampai timbul sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang tidak wajar,
melainkan dengan tujuan mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama.
Ringkasnya saya memeluk suatu agama di atas dasar penelitian dari segi
rasio maupun dengan ilmu jiwa, dari segi ilmiah, sehingga menimbulkan
keyakinan yang kokoh dalam jiwa saya. Keyakinan yang teguh dan kokoh
tentunya tidak mungkin menjadi orang yang ikut-ikutan.
A: Memang seharusnya demikian
B: Ada saya jumpai, penganut suatu agama disebabkan karena keturunan,
karena ayah dan ibunya menganut suatu agama, karena pengaruh pergaulan,
lingkungan, pengaruh keadaan atau bisa jadi maksud untuk berlindung atau
lainnya. Oleh karenanya saya berani bersumpah bahwa saya tidak termasuk
pada orang-orang yang saya sebutkan itu.
A: Saya hargai pendirian saudara itu.
B: Oleh karena itulah saya menemui bapak kyai untuk menguraikan isi hati
saya yang telah lama saya kandung. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya
Bapak kyai memberikan waktu kepada saya; terserah menurut kesempatan
Bapak kyai karena sekarang sudah tengah malam. Akan tetapi
sebisa-bisanya secepat mungkin.
A: Baik, Besok malam saja saudara datang lagi, dengan catatan tidak usah
beritahukan dulu pada orang lain. Saya usahakan tempatnya.
B: Akan tetapi bagaimana kalau ada orang yang datang ingin mendengarkan saja.
A: Pokoknya pertemuan kita di usahakan supaya tidak sampai diketahui
orang lain, tetapi kalau dipandang perlu saya kira boleh saja, daripada
hasil pertemuan kita diberitahukan. Sekiranya besok malam ada orang
datang hanya ingin mendengarkan, hal itu terserah kepada mereka sendiri,
pokoknya kita tidak mengundang mereka dan mereka tidak mengganggu
ketertiban dan kelancaran dalam pertemuan kita.
B: Baiklah, Semoga pertemuan kita dapat diatur antara pribadi dengan pribadi, bukan untuk umum.
A: Memang demikianlah rencana saya dan supaya saudara-saudara yang ada disini tahu.
B: Saya setuju dengan pendapat Bapak Kyai
A: Adakah Saudara mempunyai Kitab Injil
B: Ya, Saya mempunyai kitab: Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan yang
berbahasa Inggris: "The Holy Bible" dan ada juga kitab bahasa Belanda
"Bijbellezingen voor het Huisgezin dan ada juga "Al Kitab" terbitan
tahun 1968, dan yang terbitan tahun 1970 dan Kitab Zabur.
A: Saya harap kitab-kitab yang saudara sebutkan itu dibawa semuanya besok malam.
B: Ya, saya akan bawa semuanya. Apakah Bapak Kyai mempunyai juga kitab tersebut
A: Dulu pernah mempelajarinya, tetapi dipinjam oleh kawan yang sampai sekarang belum dikembalikan, namun saya telah membacanya .
B: Kalau begitu saya akan bawa semua Kitab-kitab Kristen yang ada pada saya
Jumat, 11 Juli 2014
Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Reviewed by osmangrup
on Jumat, 11 Juli 2014
Rating: 4.5
Buku Berkategori
Agama,
Dialog,
Islam,
Kristen,
Kristologi
0 komentar:
Posting Komentar