Judul: Atheis
Penulis: Achdiat K. Mihardja
Kategori: Novel Klasik
Penerbit: Balai Pustaka
Cetakan: Ketiga puluh empat, 2010
Ukuran: 15 x 21 cm
Tebal: xiv + 252 halaman
Kondisi: Bagus
Harga: TERJUAL - TANGERANG
Order: SMS 083862205877
Hasan, yang lahir di Panyeredan di keluarga penganut Tarekat Naqsyabandiyah, adalah siswa yang lumayan pandai dan tinggal bersama keluarga dan adik angkat, Fatimah. Seusai masa sekolah, Hasan berusaha untuk melamar temannya Rukmini untuk menjadi istri. Namun, Rukmini, yang mempunyai kedudukan sosial lebih tinggi, sudah dijanjikan untuk seseorang kaya di Batavia (sekarang Jakarta). Sebagai ganti, orang tua Hasan minta agar dia menikah dengan Fatimah. Hasan menolak, lalu mulai sangat mendalami Islam bersama ayahnya. Dia lalu berpindah ke Bandung untuk bekerja sebagai pegawai pemerintah.
Di Bandung, Hasan bekerja untuk pemerintah pendudukan Jepang dan hidup secara asketik; dia sering berpuasa berhari-hari dan memasukkan tubuhnya ke dalam sungai berulang kali dini pagi. Saat di Bandung, dia bertemu dengan sahabatnya semasa kecil, Rusli, yang memperkenalkan seorang gadis bernama Kartini. Karena melihat bahwa Rusli dan Kartini adalah Marxis-Leninis yang atheis, Hasan merasa seakan dipanggil untuk mengembalikan mereka ke agama Islam. Namun, dia tidak dapat mengatasi argumentasi Rusli yang menolak agama, sampai Hasan pun mulai meragukan keimanannya. Lama-kelamaan Hasan menjadi semakin sekuler, sampai pada suatu hari dia lebih memilih menonton film di bioskop bersama Kartini daripada sholat Maghrib. Melalui Rusli, Hasan diperkenalkan dengan berbagai orang yang menganut berbagai macam ideologi, termasuk Anwar, seorang nihilis yang suka main wanita; Hasan juga mulai mendekati Kartini.
Pada suatu hari, Hasan kembali ke Panyeredan bersama Anwar untuk mengujungi keluarganya. Saat di sana, Anwar melihat dua penjaga malam yang ketakutan dekat suatu permakaman. Ketika diberi tahu bahwa penjaga malam itu melihat hantu, Anwar masuk ke permakaman itu bersama Hasan untuk membuktikan bahwa tidak ada hantu di sana. Namun, Hasan merasa bahwa ada sesuatu yang mengincarnya; hal ini membuat dia melarikan diri dari permakaman tersebut. Ketika Anwar tertawa atas reaksi Hasan, Hasan merasa imannya sudah patah. Dia akhirnya bertengkar heboh dengan keluarganya tentang soal agama, sehingga dia diusir dari rumah. Sekembali ke Bandung, dia menikah dengan Kartini.
Tiga tahun kemudian, hubungan Hasan dengan Kartini sudah memburuk. Mereka saling mencurigai. Akhirnya, Hasan melihat Kartini meninggalkan hotel bersama Anwar dan menduga kalau dia selingkuh - dugaan ini tidak benar. Hasan segera mencerai istrinya itu dan meninggalkan rumah. Tidak lama kemudian, dia jatuh sakit dengan tuberkulosis. Setelah beberapa minggu, dia kembali ke Panyeredan karena mendengar bahwa ayahnya sangat sakit. Biarpun dia hendak berbaikan, ayahnya mengusir Hasan sebagai godaan setan. Dalam keadaan putus asa, Hasan kembali ke Bandung.
Dalam keadaan sakit-sakitan, Hasan mendekati seorang jurnalis dan menyerahkan suatu tulisan berisi riwayat hidupnya; jurnalis ini bersedia menerbitkan karya Hasan itu bilamana terjadi sesuatu kepada Hasan. Tak lama kemudian, Hasan keluar rumah setelah jam malam dan tertembak oleh patroli Jepang. Dia lalu meninggal setelah disiksa, dengan kata terakhirnya "Allahu Akbar". Hari berikutnya, Rusli dan Kartini menjemput mayatnya.
Terjadi pembahasan yang cukup panas saat Atheis terbit. Tokoh-tokoh agama, Marxis-Leninis, dan anarkis menolak novel ini karena kurang menjelaskan ideologi mereka masing-masing, sementara tokoh-tokoh sastra dan masyarakat banyak memuji roman ini. Penerimaan baik ini mungkin disebabkan diperlukannya penyatuan nasional oleh Pemerintah Indonesia. Sebelum tahun 1970, Atheis sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, dan pada tahun 1972 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; pada tahun 1974 novel ini diadaptasikan menjadi film. Selain menerima penghargaan dari pemerintah pada tahun 1969, Atheis sudah termasuk dalam UNESCO Collection of Representative Works.
Minggu, 23 Februari 2014
Atheis
Atheis
Reviewed by osmangrup
on Minggu, 23 Februari 2014
Rating: 4.5
Buku Berkategori
Achdiat K. Mihardja,
Ateis,
Novel,
Sastra
0 komentar:
Posting Komentar